Lahore (Muhammad Yasir)
Komite Tetap Senat Bidang Perdagangan telah mengarahkan Pusat Penelitian Pertanian Nasional, Kementerian Perdagangan (MOC) dan pemerintah provinsi untuk secara kolektif menyiapkan rencana untuk mendukung petani bawang putih varietas HG1 yang memiliki potensi produksi yang cukup untuk mengakhiri Rs 80. miliar per tahun impor. Rencana tersebut akan mengidentifikasi kebijakan, investasi, pelatihan dan langkah-langkah dukungan lainnya yang memerlukan bantuan dari Dana Pengembangan Ekspor (EDF) untuk meningkatkan produksi dan surplus ekspor varietas Bawang Putih NARC HG1.
Hal itu diungkapkannya dalam seminar yang diselenggarakan Ikatan Jurnalis Pertanian (AJA) di Jakarta, Kamis. Perusahaan Pengembangan & Ekspor Hortikultura Pakistan (PHDEC) Kepala Wilayah Punjab Jafar Ali, petani progresif, CEO perusahaan pengembangan benih Tariq Ismail Mayo dan lainnya memberikan pidato pada acara tersebut.
Kepala daerah PHDEC Punjab Jafar Ali berbicara pada kesempatan ini mengatakan bahwa organisasinya siap memberikan bantuan yang diperlukan untuk mempromosikan varietas bawang putih HG1. Dia mengatakan itu adalah mandat organisasinya untuk membantu mempromosikan produk hortikultura dan ekspornya dari Pakistan. Ia mengundang para petani dan perusahaan yang terlibat dalam produksi varietas tersebut di atas untuk membuat rencana dan mereka akan mendanainya dari Dana Pengembangan Ekspor (EDF). Menyoroti berbagai proyek mereka, beliau mengatakan mereka akan membuka kantor di berbagai daerah yang merupakan pusat produksi hortikultura seperti daerah penghasil cabai, daerah penghasil mangga dll sehingga tidak ada kesulitan bagi petani untuk mendekati mereka. mencari solusi atas permasalahan mereka.
Tariq Ismail Mayo, CEO Agro Bridge (Pvt) Limited mengatakan saat ini terdapat 577 petani yang menanam varietas tersebut di lahan seluas 2,100-2,200 hektar dan jika angka ini dapat ditingkatkan menjadi 20,000 hektar hingga 25,000 hektar dalam tiga tahun ke depan, hal ini akan membantu kami ketergantungan terhadap impor bawang putih dari luar negeri. “Saat ini kami mengimpor sekitar 60 persen kebutuhan domestik kami dari berbagai negara tetangga, baik secara formal maupun informal,” tambahnya.
Ia melanjutkan, mereka sedang melakukan penelitian bekerja sama dengan tiga universitas berbeda untuk menurunkan biaya produksi varietas ini sehingga lebih menguntungkan bagi para petani. Ia mengklaim varietas ini memiliki potensi produksi yang beragam dan memiliki nilai gizi dan obat terbaik. Dia mengatakan mereka sedang mengerjakannya untuk menghasilkan panen yang “tanpa limbah”. “Hal ini juga dapat membantu mengendalikan permasalahan kabut asap. Dia mengatakan tunggul padi dapat digunakan untuk membuat mulsa pada tanaman bawang putih yang akan membantu menghentikan pertumbuhan gulma di dalamnya, menahan kelembapan di tanah dan membantu pertumbuhan umbi bawang putih dengan lebih baik. Ia mengatakan nantinya tunggul padi ini dapat dilebur ke dalam lahan melalui penggunaan rotavator dan ini merupakan bentuk pupuk DAP terbaik.
Muhammad Luqman Presiden Asosiasi Petani Bawang Putih mengatakan bahwa total konsumsi bawang putih di Pakistan adalah sekitar 300.000 ton per tahun dan sebagian besar diimpor. Ia menekankan untuk menjaga tanaman bawang putih lebih organik agar dapat diterima di pasar internasional. Ia juga menyerukan peningkatan nilai tambah untuk menjamin ekspor, karena tidak dapat diekspor dalam bentuk mentah.
Ali Raza Kharal, seorang petani progresif dari Sheikhupura menyebut HG1 sebagai tanaman yang menjanjikan untuk menghasilkan keuntungan besar. Namun, ia menekankan perlunya menanam setidaknya 100.000 tanaman dalam satu hektar dengan jarak 5 inci antara dua tanaman untuk mendapatkan 60 mm buah yang dapat diterima untuk keperluan rumah tangga.
Hussnain Akhtar Virk, petani lain yang berbicara pada kesempatan ini menyerukan untuk mendidik para petani tentang tanaman apa yang harus mereka tanam sesuai dengan kondisi iklim dan tanah di daerah mereka. Ia mengatakan pendidikan sangat penting bagi para petani di negara kita, karena sebagian besar dari mereka memiliki lahan kurang dari 12 hektar dan mereka harus diberikan pengetahuan tentang tanaman mana yang lebih menguntungkan bagi mereka.